AU PAIR - Sisi Gelap Seorang Au Pair





Hidup di luar negeri, foto-foto di Eropa, jaringan pertemanan internasional, musim salju dsb tidak jarang diperlihatkan oleh Au Pair melalui akun media sosial (saya juga). Tetapi di balik semua postingan itu ada beberapa hal yang cukup sulit maupun menyedihkan yang dihadapi oleh Au Pair. Kebanyakan tidak akan menceritakan hal tersebut karena malu (jika memang kesalahan sendiri) atau memang tidak peduli dengan kejadian yang telah berlalu. Berikut beberapa hal yang 'mungkin' berguna untuk calon Au Pair maupun Au Pair yang sedang bertugas.


1. 'Mempercantik' Profil
Tidak jarang Au Pair mempercantik profil mereka agar menemukan GF. Mulai dari meminta seseorang untuk menerjemahkan, melebih-lebihkan sesuatu, tidak menulis kekurangan, dsb. Namun lainnya akan nampak ketika kita di Negara tujuan dan memulai pekerjaan tersebut. Jika kalian muslim, vegan, memiliki alergi, tidak bisa berenang/bersepeda, tidak memiliki pengalaman mengurus anak kecil/adik/ponakan/tetangga, tidak terbiasa mengurus balita maupun remaja, maka jujurlah..

2. Pengorbanan Mendapatkan Visa
Hal yang satu ini sepertinya sudah diketahui banyak umat. Au Pair harus menyerahkan setumpuk dokumen ke Kedubes serta wawancara dengan native speaker. Bukan hal yang mudah, tapi BISA dilakukan jika memiliki niat.

3. Mahalnya Tiket
Membayar tiket keberangkatan menggunakan uang sendiri merupakan hal yang biasa. Bisa jadi mendapatkan tiket murah. Tapi jangan lupa cek berat bagasi, waktu transit maupun transfer. Tidak menutup kemungkinan GF membayar tiket pesawat. Tapi ingat satu hal : semakin banyak mereka memberikan kamu sesuatu, maka kamu harus membalas dengan 'lebih banyak'.

4. 4K (Kaget, Kesepian, Kurang Nyaman, Kurang Puas)
Empat hal ini pasti dirasakan hampir semua Au Pair meskipun tinggal di kota besar. Kaget karena bahasa, kebiasaan, dan ekspetasi yang berbeda. Saya merasakan perbedaan dalam pemilihan kata. Tentunya hal tersebut bisa dipelajari meskipun miskomunikasi kadang terjadi. Kesepian meskipun memiliki GF, rasa homesick tiba-tiba muncul di saat yang tidak tepat. Kurang nyaman adalah hal yang paling lumrah. Bisa jadi disebabkan cuaca, lingkungan sekitar, pekerjaan dsb. Saya sendiri awalnya kurang nyaman dengan atmosfir di GF ketika mereka berteriak maupun bertengkar. Masalah kurang puas berhubungan dengan ekspetasi yang berbeda dengan realita. Contohnya keterlambatan kereta di Jerman yang membuat saya kebakaran jenggot (kadang, meskipun saya tidak memiliki jenggot dan pemantik api).

5.'Kekurangan' Uang
Hal ini mungkin terjadi dan saya rasakan di bulan ketiga di Jerman. Saya menyadari bahwa uang saku saya tidak seberapa. Saya melihat harga baju, sepatu, makanan, serta transportasi yang tidak sebanding dengan uang saku saya. Di sini keahlian mengatur uang saku sangat dibutuhkan. Kebutuhan yang tidak perlu harus segera disingkirkan. Jangan merubah kurs dari euro ke rupiah maupun sebaliknya. Au Pair tinggal di Negara lain dan menggunakan mata uang negara tersebut. Tidak jarang Au Pair memiliki pekerjaan sampingan, baik dari GF maupun orang lain. Ini adalah hal wajar dialami oleh Au Pair. Apalagi ini pertama kalinya saya tinggal 'jauh' dari keluarga.

6. Terlalu Banyak Pekerjaan
Bisa jadi pekerjaan rumah dan mengurus anak harus dilakukan oleh seorang Au Pair dari pagi hingga malam. Pekerjaan tergantung kontrak? Tidak juga. Nyatanya banyak Au Pair yang memilih untuk pindah keluarga atau pulang ke Negara asal karena mengalami hal tersebut. Di Jerman pun terdapat GF yang memperlakukan seoarang Au Pair layaknya pembantu dengan upah rendah.

7. Kurangnya Free Time
Tidak semua Au Pair mendapatkan dua hari libur dalam satu minggu. Ada juga yang mendapatkan satu hari libur perminggunya. Tidak jarang menemukan Au Pair yang harus mengurus anak di malam hari jika kedua orang tua memiliki janji atau 'bersenang-senang'. Tidak jarang juga Au Pair diperbudak oleh GF. Selain itu, terdapat GF yang melarang Au Pairnya berkomunikasi dengan keluarga di kampung halaman. Tidak menggunakan ponsel ketika bekerja wajar, tapi kalau dilarang berkomunikasi dengan keluarga rasanya terlalu kejam!

8. Pusat Kota Terlalu Jauh
Jika Au Pair merasakan kekurangan uang saku, bisa jadi poin ke delapan ini merupakan faktor utama. Tidak jarang seorang Au Pair mendapatkan kursus bahasa di luar daerah tinggalnya. Otomatis dibutuhkan transportasi. Tidak semua GF membayar hal tersebut. Jika tinggal di desa dan jarak dari rumah ke stasiun sangat lama, maka waktu yang dibutuhkan harus diperhitungkan dengan matang.

9. Tempat SALAH dan BENAR
Ya, Au Pair bisa disebut sebagai 'bos' di rumah ketika orang tua tidak berada di rumah atau saat Au Pair bertugas. Tentunya segala hal yang kita lakukan wajib dipertanggungjawabkan. Au Pair dituntut mampu membedakan mana yang salah dan benar. Semua keputusan ada di tangan seorang Au Pair. Awalnya saya kira ini adalah kultur orang Jerman. Hingga saya menyadari pada dasarnya seorang Au Pair sudah matang secara umur dan paling tidak mampu mempertanggungjawabkan keputusannya.

10. Au Pair 'MENGETAHUI SEGALANYA'
Mungkin ini sedikit lucu, tetapi seorang Au Pair terkadang lebih mengenal 'isi rumah' dibanding pemilik rumah tersebut. Jika ada barang hilang atau anggota keluarga di rumah lupa sesuatu, orang pertama yang dituju adalah Au Pair. Entah si Au Pair mengetahuinya atau tidak, tapi anggota keluarga akan menanyakannya. Hal ini saya alami di GF pertama saya. Saya tidak tahu barangnya seperti apa (wujudnya,warnanya dll) dan GF menanyakan letak barang tersebut...

Hal tersebut yang paling sering dibicarakan oleh Au Pair. Semoga hal tersebut 'menguatkan' calon Au Pair. Ingat, tidak ada hal yang mudah di awal dan jangan menyerah. Komunikasi adalah hal terpenting.

PS : PENGALAMAN PRIBADI DAN CERITA DARI AU PAIR (media sosial maupun kopdar). Mungkin kalian bisa menambahkan :)


Komentar