AU PAIR - Minggu Terakhir Bersama Gastfamilie


     Hampir 11 bulan saya berada di Jerman. Tidak terasa saya akan meninggalkan Gastfamilie. Di bulan terakhir ini, saya berusaha memberikan yang terbaik dan berusaha menghabiskan waktu lebih banyak bersama Gastkinder saya. Saya sempat tertegun ketika Gastkind saya yang besar dan Gastmutter menanyakan apakah saya akan merindukan mereka jika saya tidak lagi menjadi Au Pair mereka. Pertanyaan tersebut membuat saya tertegun.

     Dua minggu sebelum saya pindah, Gastmutter saya harus dioperasi dan berada di RS selama tiga hari. Saya masih ingat ketika hari minggu pagi pukul lima, kamar saya diketuk oleh Gastvater. Gastvater saya meminta saya untuk menjaga anak-anak karena si ibu harus dilarikan ke rumah sakit (Gastvater saya menelpon Rettungswagen) dan dia harus bekerja di hari minggu. Saya melalui dua minggu terakhir dengan suka dan duka.

     Seminggu sebelum saya pindah, Gasteltern saya selalu menanyakan keperluan pindahan saya. Tentu saja saya butuh bantuan mereka untuk diantarkan ke WG serta sebuah kardus untuk pindahan. Maklum, barang bawaan saya semakin banyak hehe. Mereka juga sibuk mencari pengganti saya. Susahnya mencari pengganti saya karena lokasi yang tidak strategis dan tidak bisa mengikuti Sprachkurs di VHS.

     Hari minggu tanggal 1 Juli 2018 Pukul 16.00 Gastfamilie mengantarkan saya ke WG. Si besar tidak ikut karena sedang liburan di Barcelona. Sebetulnya saya sedih juga tidak sempat mengucapkan salam perpisahan. Mereka memberi saya sebuah amplop berisi surat. Saya sangat sedih ketika membaca surat tersebut. Jujur saja, saya menanti-nantikan hari di mana saya meninggalkan mereka. Namun saya merasa sangat berat meninggalkan mereka.

     Selama 11 bulan tinggal bersama Gastfamilie, saya bisa menyimpulkan bahwa Au Pair bukanlah hal yang mudah. Saya tidak akan sugar coating cerita dengan berbagai foto traveling, tapi memang pekerjaan ini tidak mudah. Selain menguras tenaga, pekerjaan ini menguras emosi. Saya senang bisa bercanda dengan Gasteltern saya (bahkan memberi jari tengah satu sama lain, dikunci dari luar haha), namun ada juga hal yang kurang nyaman. Contohnya ketika ibu masuk RS dan saya 3 hari bersama anak-anak. Bukan hal yang mudah ketika saya menjadi pengganti ibu mereka. Saya bekerja mulai pukul 08.00 hingga 20.00. Kemudian ketika mood Gasteltern buruk, saya harus berhati-hati. Inilah hal yang paling saya tidak sukai. Mereka cenderung melampiaskan kepada orang lain. Intinya menjaga perasaan orang merupakan hal yang sulit sekali. Di sisi lain, terkadang mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Au Pairnya. Beberapa teman saya juga harus 'menjaga' perasaan Gasteltern mereka. 

     Bahasa dan Gastkinder merupakan ketakutan saya pada awalnya. Namun, Gasteltern merupakan hal yang cukup sulit untuk dihadapi. Terkadang mereka mengganti janji semaunya sendiri tanpa memikirkan saya. Terkadang diskusi tidak menyelesaikan masalah dan berujung dibicarakan di belakang (haha). Tidak semua Gasteltern 'siap' memiliki Au Pair atau 'terbiasa' dengan Au Pair begitu pula sebaliknya. Kedua belah pihak harus saling terbiasa dengan kehadiran satu sama lain. Hal tersebut membutuhkan waktu. Sebagai Au Pair pun tidak bisa menuntut. Jika dipikir matang, memiliki Au Pair itu tidak murah.. Begitulah sensasi hidup bersama orang asing di negara lain.

Komentar