AU PAIR - Tantangan seorang Au Pair


     Sebetulnya saya bingung memilih judul postingan kali ini. Saya tidak mau terlihat tidak bersyukur atau terlalu sugar coating pengalaman menjadi Au Pair. Saya tergabung dalam grup Blacklist Host Family di Facebook. Akhir-akhir ini saya sengaja menjadi silent reader dan mengumpulkan beberapa hal yang tidak disukai Au Pair, anggap saja sebuah "tantangan" yang terkadang menjadi “kesulitan“. Selain itu, berasal dari pengalaman saya dan teman-teman yang menceritakannya langsung.

1. Harus fleksibel

     Terdengar sepele. Tetapi tipikal orang Jerman yang memiliki banyak „Termin“ bisa membuat kehidupan Au Pair menjadi sangat sulit. Gastfamilie saya merupakan tipikal keluarga yang memiliki banyak Termin. Mulai dari yang penting hingga yang tidak penting. Saya sempat menanyakan jam kerja saya pada awalnya. Tentu saja mereka menjelaskannya dan saya paham betul serta bisa menerima. Namun keadaan selalu berubah. Alasannya singkat, siapa lagi yang akan diandalkan jika Oma dan Opa tidak bisa dijangkau? Intinya, saya bekerja lebih dari 6 jam/hari atau lebih dari 30 jam/minggu. Sempat saya membatalkan rencana yang sudah saya buat jauh-jauh hari karena Gastmutter harus melakukan sesuatu yang penting. Namun, dia membatalkan hal tersebut dan tidak memberi tahu saya. Saya cukup jengkel tentunya..

2. Dokter Dadakan

     Gastmutter dan Gastkind saya yang kecil memiliki alergi terhadap beberapa jenis makanan. Gastkind saya yang paling besar merupakan picky eater. Gastvater saya tidak suka makan sayur. Sebelumnya Gastkind saya yang besar tidak mendapatkan makan siang di sekolah. Otomatis saya harus memasak atau menghangatkan makanan jika Gasteltern sedang bekerja. Sayangnya, saya harus sangat berhati-hati terhadap asupan mereka. Terkadang keduanya tidak mau makan masakan si Ibu dan si Ibu masa bodoh dengan hal tersebut. Sebagai orang Indonesia yang tidak tega, saya putar otak memasak sesuatu yang disukai Gastkinder. Tetapi memasak pun tidak mudah karena si kecil memiliki alergi dan si besar picky eater. Saya juga harus membaca komposisi setiap produk untuk memastikan bahwa produk tersebut aman.
     Selanjutnya jika salah satu atau kedua Gastkinder saya sakit. Otomatis saya harus mengurus mereka karena Gasteltern saya tidak bisa mengambil cuti dadakan. Di sini kesabaran diuji. Terkadang mood mereka sangat jelek dan si Au Pair tidak mendapatkan tidur atau istirahat yang cukup. Tentu saja saya yang memberikan obat setelah diberi panduan oleh si Ibu. Hal yang paling susah ketika si kecil flu dan saya harus memberikan Nasenspray. Si kecil benci sekali dan menangis histeris tiap diberi obat serta Nasenspray. Saya masih ingat ketika si kecil menjerit dan saya seketika mendapatkan migrain...
PS : Intinya seorang Au Pair harus paham betul jika sesuatu "tidak beres" sedang melanda anak asuh

3. Current Au Pair vs Previous Au Pair

     Mungkin 75% Au Pair merasakan hal tersebut. Awalnya saya kesal sekali dibanding-bandingkan. Saya sadar bahwa saya tidak ‘sehebat’ Au Pair yang sebelumnya. Namun tidak ada Au Pair yang sempurna. Au Pair sebelum saya sempat menceritakan bahwa dia harus berbohong untuk struggle. Setelah saya mengetahui hal tersebut, saya tidak ambil hati ketika dibandingkan. Berusahalah jujur meskipun terkadang kejujuran itu tidak nampak. TETAPI bisa jadi keluarga asuh dan si Au Pair bukanlah perfect match. Hobi, ketertarikan, gaya hidup maupun cara berpikir yang berbeda memunculkan perbandingan kedua Au Pair. Jadi, sebelum memutuskan untuk terbang ke Negara orang, pikirkan matang-matang dan bayangkan jika kalian tinggal satu rumah dengan orang ‘asing’.
PS : Pendekatan saya lewat makanan dan diet. Gastfamilie saya menyukai masakan asia, terutama sushi dan mie di kedai-kedai Thailand. Kami sering menghabiskan waktu membicarakan soal makanan.

4. Miss or Mr. Know It All

     Au Pair bukanlah pemilik rumah namun mengetahui semua hal tentang rumah dan penghuninya. Ya, sudah seperti cenayang! Barang hilang maupun berkurang serta rusak, Gastkinder menunjukkan pertanda sakit, dan apapun yang terlihat tidak beres. Maka Gastfamilie akan mencari dan menanyai Au Pair untuk diminta penjelasan serta pertanggungjawaban. Bahkan tidak tanggung-tanggung menghubungi via telpon meskipun si Au Pair mendapatkan libur. Jujur saja saya sedikit risih. Alasannya simpel, setiap saya di kamar mandi, ganti baju atau tidur di kamar, jalan-jalan dan belanja di Hamburg dll, mereka berusaha meraih saya untuk sebuah penjelasan seakan-akan saya tahu segalanya. Tentu saja saya tidak memiliki penjelasan yang mereka inginkan. Kan barang mereka tidak saya pegang (ada juga yang tidak pernah saya lihat), kok tanya ke saya? Haha
PS : jika memiliki tugas Putzen, jangan memindahkan barang ke tempat yang tidak bisa dijangkau pengelihatan Gastfamilie :D

Intinya tanggung jawab seorang Au Pair cukup besar. Terutama jika kalian menulis pengalaman kalian dengan anak-anak dari A-Z, tentu saja ekspetasi GF akan semakin besar. Ada baiknya menulis hal yang benar-benar disanggupi dan memiliki kemauan untuk menanyakan kembali tugas seorang Au Pair dan bagaimana "cara kerja/melakukannya di Gastfamilie tersebut". Hal yang saya pelajari, saya tidak hanya menjaga anak asuh saya, memberi makan dan memastikan semuanya "aman". Tanpa saya sadari dan secara tidak langsung, orang tua asuh melibatkan saya dalam mendidik anak mereka. Tentu saja mereka memiliki "gaya" masing-masing dan saya harus mengikutinya. Jika mereka meminta saran, maka saya akan memberi "feedback".

Komentar